Narmada dulu |
Oleh: Ira Sipahutar
Taman Air Narmada berada di Kecamatan Narmada, Lombok Barat, sekitar 10 km dari arah timur Cakranegara. Bila dari bandar udara Lombok (Praya-Lombok Tengah), taman ini dapat ditempuh dalam 45-60 menit berkendara. Sedangkan bila dari luar Lombok, misalnya dari pantai Senggigi, memerlukan waktu sekitar 1 jam-an. Dengan catatan, bila tidak ada Nyongkolan (arak-arakan pengantin suku Sasak) yang bisa membuat kemacetan luar biasa.
Narmada kini |
Untuk mencapai lokasi, bisa juga dengan angkutan umum. Sayangnya, trayek angkutan umum di Lombok tidak semudah/sebanyak dipulau Jawa. Penduduk lokal sering menggunakan Cidomo (semacam delman/andong) untuk menuju Taman Narmada dengan tarif mulai dari Rp.1.000,- sampai Rp.10.000, tergantung jarak tempuh. Tetapi kalau dari hotel di Mataram, lebih disarankan untuk naik taksi resmi dengan tarif sekitar Rp.45ribuan.
Alternatif lain, bisa naik Engkel (sejenis minibus), yang tarifnya dari terminal Bertais menuju Narmada tidak sampai Rp.10.000,- Sedangkan bila naik ojek motor dari Mataram, tarifnya bisa Rp25.000, atau tergantung hasil tawar-menawar dengan tukang ojeknya.
Tangga menuju pura |
Tiruan dari Gunung Rinjani ini dibangun oleh Raja Anak Agung Dede Karang Asem pada awal abad 19. Raja juga membuat sebuah pura (baca: pure) suci Narmada sebagai tempat persembahyangan umat Hindu yang dipimpin oleh seorang Pedande (semacam pendeta). Dengan dibangunnya pura ini, masyarakat sekitar tidak perlu lagi jauh-jauh ke Rinjani bila ingin bersembahyang. Nama Pura diambil dari sebuah sungai suci di India yang memuja Shiwa, yaitu Pura Kalasa.
Balai Petirtaan |
Sekarang, taman ini terbuka untuk umum dan menjadi pusat rekreasi yang selalu ramai. Didalamnya terdapat mata air yang berasal dari Gunung Rinjani dan merupakan tempat pertemuan tiga sumber air yakni Suranadi, Lingsar dan Narmada. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke sini bertujuan untuk mencuci muka di Balai Petirtaan.
Air yang ada di Balai Petirtaan ini dipercaya berkhasiat untuk membuat orang menjadi awet muda, sehingga dinamakan Air Awet Muda. Airnya dingin dan segar, khas air pegunungan. Untuk masuk ke dalam Balai Petirtaan ini ada beberapa peraturan yang tidak boleh dilanggar, yaitu wanita yang sedang haid dilarang masuk ke tempat ini dan setiap pengunjung diwajibkan menggunakan kain kuning yang diikat dipinggang (kain ini tersedia untuk dipinjam pengunjung).
Kedatangan saya kali ini bukan untuk menikmati 'holy water' tersebut. Tapi sekedar mengajak anak-anak berekreasi menikmati indahnya tempat suci ini. Tentu saja tanpa melewatkan kesempatan untuk mencicipi nikmatnya kuliner khas dari Narmada. Apa lagi kalau bukan sate bulayak?
Sate bulayak adalah sate yang berasal dari daging sapi, ayam, jeroan sapi atau jeroan ayam, (tergantung selera mau pilih yang mana). Sedangkan Bulayak sendiri adalah panganan sejenis lontong yang terbuat dari beras yang dibungkus daun kelapa (ada juga yang menggunakan daun aren) dan disajikan bersama sate. Bumbunya yang khas membuat sate ini terasa berbeda. Bumbu sate bulayak terdiri dari campuran cabe, kemiri, lada, bawang merah, bawang putih, sedikit santan, dan ditambah jeruk. Harganya pun sangat terjangkau.
Seporsi sate campur (daging&jeroan 15 tusuk + 6 bulayak) hanya Rp. 10. 000,-
Mengunjungi Taman Air Narmada di sore hari sambil mencicipi sate bulayak, salah satu cara menikmati sore yang indah bersama keluarga :)
Ilustrasi: http://bit.ly/AAy1W0 dan koleksi pribadi